MAKALAH
EMOSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
pada mata kuliah Psikologi
Dosen pengampu : Dian Rif’iyati, M.S.I
Disusun oleh :
Kharisma Hanum (2023214421)
Kelompok 8
Kelas M
JURUSAN PGMI
PROGRAM STUDI TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
PEKALONGAN
2014
PRAKATA
Puji syukur kami
haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan kekuatan kepada
kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tema “ Emosi”. Meskipun
banyak hambatan yang saya alami dalam proses
pengerjaannya, tetapi saya berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa saya
sampaikan terima kasih kepada Ibu Rif’iyati, M.S.I selaku dosen pembimbing saya,
yang telah membantu dan membimbing dalam mengerjakan makalah ini. Saya
juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal
yang ingin saya berikan kepada
masyarakat dari hasil makalah ini. Karena itu saya berharap semoga makalah
ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa
dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Pekalongan, November 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dari mana
emosi itu muncul, apakah dari pikiran atau dari tubuh? Agaknya, tak sseorang
pun bisa menjawabnya dengan pasti. Ada yang mengatakan tindakan dulu (tubuh),
baru muncul emosi. Ada pula yang mengatakan emosi terlebih dahulu, baru muncul
tindakan.
Pada
hakikatnya, setiap orang itu mempunyai emosi. Dari bangun tidur pagi hari
sampai waktu tidur malam hari, kita mengalam macam-macam pengalaman yang
menimbulkan berbagai emosi pula. Lantas apakah sebetulnya yang dimaksud emosi?
Oleh karena itu mari kita bahas mengenai emosi.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian Emosi?
2.
apa saja teori – teori emosi?
3.
Apa saja macam-macam dan contoh aktivitas emosi?
4.
Bagaimanakah perubahan tubuh saat terjadi emosi?
5.
Apa saja Penggolongan emosi?
C. Tujuan
1.
Dapat mengetahui pengertian emosi.
2.
Dapat menyebutkan teori-teori emosi.
3.
Dapat mengetahui macam-macam emosi.
4.
Dapat memahami perubahan tubuh saat emosi.
5.
Dapat mngetahui penggolongan emosi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Emosi
Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa
Perancis, emotion, dari
emouvoir. Sedang dari bahasa latin, yaitu emovere,
yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Emosi
menurut beberapa ahli :
1. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, emosi adalah setiap keadaan
pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun
pada tingkat yang luas
2.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak.
3.
Menurut William James, emosi adalah kecenderungan
untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam
lingkungannya.[1]
4.
Crow & crow (1962) mengartikan bahwa emosi sebagai
“suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner
adjustmen terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan
individu”.
Seseorang yang mengalami emosi umumnya kurang dapat
mengusai dirinya lagi, tidak memperhatikan keadaan sekitar, dan tidak lagi
memperhatikan suatu norma yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu emosi
merupakan keadaan (reaksi) yang
ditimbulkan oleh keadaan tertentu baik dari luar dan dalam diri
individu, perilaku tersebut
pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat
mengetahui bahwa seseorang tersebut sedang
mengalami emosi.
Pada
hakikatnya emosi tidak selalu jelek.
Namun
demikian kadang – kadang seseorang masih dapat mengontrol emosinya. Seperti
yang dikemukakan oleh Ekman dan Friesen (Carlson, 1987) yang dikenal dengan
display rules atau tiga rules, yaitu masking, modulation, dan simulation.
Masking
adalah keadaan seseorang yang menyembunyikan atau dapat menutupi emosi yang
dialaminya. Pada modulation orang tidak dapat meredam secara tuntas mengenai
gejala kejasmaniannya, tetapi hanya dapat mengurangi saja. Sedangkan simulation
orang tidak mengalami emosi, tetapi seolah-olah mengalami emosi dengan
menampakkan gejala-gejala kejasmanian.[2]
Coleman Hammen menyebutkan ada empat fungsi emosi,
yaitu:
1.
Emosi adalah
pembangkit energy
2.
Emosi adalah pembawa
informasi
3.
Emosi bukan saja
pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga pembawa pesan
dalam komunikasi interpersonal
4.
Emosi juga merupakan
sumber informasi tentang keberhasilan kita.
B.
Teori - teori emosi
Ada beberapa teori yang menyoroti emosi. Tidak semua
teori mengenai emosi mempunyai titik pijak yang sama.
Jika seseorang mengalami emosi, pada individu itu akan
terdapat perubahan-perubahan kejasmaniannya. Ada dua macam pendapat tentang
terjadinya emosi, yaitu:
a.
Pendapat yang
nativistik
Menurut pendapat ini bahwa emosi pada dasarnya
merupakan bawaan sejak lahir. Tokoh penganut paham nativistik adalah Rena
Descartes (1596-1650). Ia mengatakan bahwa sejak lahir manusia telah mempunyai
enam emosi dasar, yaitu:[3]
v
Cinta
v
Kegembiraan
v
Keinginan
v
Benci
v
Sedih, dan
v
Kagum
b.
Pendapat yang
empiristik
Pendapat yang empiristik mengatakan bahwa emosi
dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar. Terdapat beberapa tokoh teori
emosi yang menganut paham ini, yaitu:
·
Teori James-lange
Teori ini mula-mula dikemukakan oleh William James
(1842-1910) yang secara kebetulan pada waktu yang sama juga dikemukakan oleh
Carl Lange (Denmark). Menurut teori ini emosi adalah hasil persepsi seseorang
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari luar.
Menurut teori ini bila seseorang melihat harimau, maka
reaksinya adalah peredaran darah semakin cepat karena denyut jantung makin
cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara, dan sebagainya. Respons-respons
tersebut kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut. Jadi orang itu bukan
berdebar-debar karena takut setelah melihat harimau, melainkan karena
berdebar-debar maka timbul rasa takut.
Hal ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses
belajar, orang yang bersangkutan dari pengalaman-pengalamannya telah mengetahui
bahwa harimau adalah binatang yang berbahaya dan buas, maka jantungnya
berdebar-debar, karena debaran jantungnya tersebut disebut sebagai takut.[4]
Dengan demikian bahwa gejala kejasmanian merupakan sebab emosi dan emosi merupakan
akibat dari gejala kejasmanian.
·
Teori Cannon-Bard
Teori yang dikemukakan oleh Walter B. Cannon (1929). Teori
ini menyebutkan bahwa emosi bergantung pada aktivitas dari otak bagian bawah.
Teori ini dikemukakan oleh Cannon atas dasar penelitian dari Bard.
Teori ini berbeda justru berlawanan dengan teori yang
dikemukakan oleh James-Lange, yaitu bahwa emosi tidak bergantung pada gejala
kejasmanian, atau reaksi jasmani bukan merupakan dasar dari emosi, tetapi emosi
justru bergantung pada aktivitas otak atau aktivitas sentral. Karena itu teori
ini juga sering disebut teori Sentral,[5]
jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami
perubahan-perubahan fisiknya.
·
Teori Schachter-Singer
Teori ini biasa disebut dengan “Teori Emosi
Dua-Faktor” Schachter-Singer dikenal sebagai teori yang paling klasik yang
berorientasi pada rangsangan. Reaksi fsiologik dapat saja sama (hati berdebar,
tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah, dan
sebagainya), namun jika rangsangannya menyenangkan maka emosi yang timbul
dinamakan senang. Sebaliknya, jika rangsangannya membahayakan maka emosi yang
timbul dinamakan takut.[6]
C.
Macam-macam Emosi
Atas dasar arah aktivitasnya, tingkah laku emosional
dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:[7]
1.
Takut, orang bergerak
meninggalkan sumber
Dilihat secara objektif, rasa takut memiliki segi negatif,
yaitu bersifat menggelorakan dan menimbulkan perasaan-perasaan dan gejala tubuh
yang menegangkan, juga ada segi positifnya reaksi yang timbul di dalam
individu, lalu menggerakkan individu untuk melindungi diri terhadap rangsangan
atau bahaya dari luar, menjauhkan diri dari sesuatu yang dapat menyakitkan
diri, melukai diri, atau menimbulkan bahaya lainnya.
Contohnya seseorang yang melihat ular berbisa. Karena
dia tau itu binatang yang membahayakan maka dia akan berlari menjauh dari ular
tersebut.
2.
Marah, orang bergerak
menentang sumber
Novaco (1986, dalam Berkowitz, 1993) mengemukakan
bahwa amarah “bisa dipahami sebagai reaksi tekanan perasaan”. Yang mereka
maksudkan pada dasarnya adalah bahwa orang cenderung menjadi marah dan
terdorong menjadi agresif jika harus menghadapi keadaan yang menganggu.
Namun, analisis Berkowitz lebih jauh lagi. Ia
berpandangan bahwa bukan tekanan eksternal itu sendiri, melainkan perasaan
negative yang ditimbulkan oleh tekanan itulah yang menghasilkan kecenderungan
agresif dan marah. Semakin banyak adanya perasaan negative, semakin kuat pula
dorongan agresi yang dihasilkan.
Contohnya anak kecil yang keinginannya tidak dipenuhi
orang tuanya cenderung bersikap marah. Kemarahan yang terlihat menjatuhkan diri
di lantai, menendang, menangis, berteriak, dan kadang juga menahan nafas.
3.
Depresi
Orang menghentikan respons-respons terbukanya dan
mengalihkan emosi ke dalam dirinya sendiri. Misalnya seseorang yang menanggung
beban pikiran yang banyak atau mempunyai masalah yang berat, jika emosi pikirannya
dialihkan ke dirinya sendiri maka seseorang tersebut cenderung mengalami
depresi atau stress.
4.
Cinta
Orang bergerak menuju ke sumber kesenangan. Rasa cinta
bisa meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan,
kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, dan kemesraan.
Misalnya
cinta yang tumbuh dalam pernikahan adalah lebih kuaat dan lebih agung, karena
Tuhan menciptakannya untuk menjalin pernikahan itu menjadi kekal, tidak dapat
diputuskan. Itulah yang dapat menumbuhkan rasa bahagia, membuahkan sakinah dan
menimbulkan kesetiaan yang tahan uji.
D.
Perubahan – perubahan
pada tubuh saat terjadi emosi.
Terutama pada emosi yang kuat, sering kali terjadi
juga perubahan-perubahan pada tubuh kita, antara lain:
·
Reaksi elektris pada
kulit meningkat bila terpesona
·
Peredaran darah
bertambah cepat bila marah
·
Denyut jantung
bertambah cepat bila terkejut
·
Pupil mata membesar
bila marah atau sakit
·
Liur mongering bila
takut dan tegang
·
Bulu roma berdiri bila
takut
·
Mencret-mencret bila
tegang
·
Ketegangan dan
ketakutan menyebabkan otot menegang dan bergetar
·
Komposisi darah akan
pucat berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.[8]
E.
Menggolongkan Emosi
Membedakan satu emosi lainnya dan menggolongkan
emosi-emosi yang sejenis ke dalam suatu golongan atau satu tipe sangat sukar
dilakukan karena hal-hal berikut ini:[9]
1)
Emosi yang sangat
mendalam, misalnya sangat marah atau sangat takut menyebabkan aktivitas badan
sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh aktif. Dalam keadaan seperti ini sukar
menentukan apakah seseorang itu sedang takut atau sedang marah.
2)
Penghayatan, satu
orang yang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya,
kalau marah seorang akan gemetar di tempat, tetapi lain kali ia memaki-maki,
atau mungkin lari.
3)
Nama emosi, nama yang
umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan oleh sifat
rangsangannya, bukan pada keadaan emosinya sendiri. Jadi, “takut” adalah emosi
yang timbul terhadap suatu bahaya yang menjengkelkan.
BAB III
PENUTUP
ü
emosi merupakan keadaan (reaksi) yang ditimbulkan oleh keadaan
tertentu baik dari
luar dan dalam diri individu, perilaku tersebut
pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat
mengetahui bahwa seseorang tersebut sedang
mengalami emosi.
ü
ada empat fungsi emosi, yaitu:
a.
Emosi adalah
pembangkit energy
b.
Emosi adalah pembawa
informasi
c.
Emosi bukan saja
pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga pembawa pesan
dalam komunikasi interpersonal
d.
Emosi juga merupakan sumber
informasi tentang keberhasilan kita.
ü
Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi, yaitu
a.
Pendapat Nativistik, Menurut pendapat ini
bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir.
b.
Pendapat Empiristik, Pendapat yang
empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar.
ü
Atas dasar arah
aktivitasnya, tingkah laku emosional dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:
takut, marah, depresi, dan cinta.
ü
Terutama pada emosi
yang kuat, sering kali terjadi juga perubahan-perubahan pada tubuh kita, antara
lain:
·
Reaksi elektris pada
kulit meningkat bila terpesona
·
Peredaran darah
bertambah cepat bila marah
·
Denyut jantung
bertambah cepat bila terkejut
·
Pupil mata membesar
bila marah atau sakit
·
Liur mongering bila
takut dan tegang
·
Bulu roma berdiri bila
takut
·
Mencret-mencret bila
tegang
·
Ketegangan dan
ketakutan menyebabkan otot menegang dan bergetar
·
Komposisi darah akan
pucat berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.
ü
Membedakan satu emosi lainnya
dan menggolongkan emosi-emosi yang sejenis ke dalam suatu golongan atau satu
tipe sangat sukar dilakukan karena hal-hal berikut ini:
·
Emosi yang sangat mendalam
·
Penghayatan
·
Nama emosi
DAFTAR PUSTAKA
Alex sobur, psikologi
umum dalam lintasan sejarah, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2003)
Bimo
Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1980)
Abdul Rahman
Shaleh, Psikologi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2009),
[1]Alex sobur, psikologi umum dalam
lintasan sejarah, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2003), hlm.399
[2]
Bimo Walgito, Pengantar
Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1980), hal.210
[3]
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2009), hal.166
[4]
Abdul Rahman Shaleh, Op
cit, hal.167
[5]
Bimo Walgito, Op Cit, hal.213
[6]
Alex Sobur, Op Cit, hal.401
[8]
Abdul Rahman Shaleh, Op
Cit, hal.169
0 komentar:
Posting Komentar